kode Unik dalam Percakapan PSK Sunan Kuning
BERITA UNIK

kode Unik dalam Percakapan PSK Sunan Kuning

Domino206 Lounge – Lokalisasi Sunan Kuning, Semarang, akan segera ditutup. Jika tutup, otomatis hal-hal unik tentang lokalisasi ini pun akan tinggal kenangan. Tak terkecuali kode-kode unik yang kerap digunakan oleh para PSK yang biasa mangkal di sana. kode Unik dalam Percakapan PSK Sunan Kuning

Ada Kode-kode Unik dalam Percakapan PSK Sunan Kuning

Sebagaimana diketahui, lokalisasi Sunan Kuning ini sudah ada sejak 19 Agustus 1966. Pada era 60-an, nama lokalisasi ini memang sudah sangat tersohor. domino206

Dalam perkembangannya, lokalisasi ini ternyata juga menjadi tempat bagi para mahasiswi yang nyambi sebagai PSK. Hal ini diungkap dalam penelitian berjudul ‘Sosiolek Pekerja Seks Komersial Berstatus Mahasiswa di Lingkungan Kampus dan Lingkungan Prostitusi’ yang ditulis dalam Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Volume 19, Nomor 1, Juni 2017.

Penelitian ini ditulis oleh R Riana, S Setiadi, dan ED Pratamanti dari Fakultas Hukum, Universitas Semarang.

Menurut penelitian ini, Agustus 2017 jumlah PSK yang tergabung di lokalisasi Sunan Kuning, Semarang, yaitu 457 orang. Dari total PSK tersebut, 136 di antaranya adalah PSK berstatus mahasiswi. Para PSK berstatus mahasiswi ini berkuliah di berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang. Ada pula yang mengambil studi di beberapa kampus kecil di Kendal, Kudus, dan Jepara. Uniknya, ada kode-kode unik dalam obrolan para PSK yang berstatus mahasiswi.

Kode-kode unik terungkap dari subjek penelitian yang diambil 20 persen dari jumlah total PSK berstatus mahasiswi, yaitu 27 orang. Kode-kode ini digunakan untuk menjaga privasi.

“Sesama PSK sering kali menggunakan sosiolek (dialek sosial) ketika berbicara dengan maksud agar tidak keseluruhan topik obrolan mereka dipahami oleh pelanggan atau masyarakat luar. Hal ini dilakukan karena mereka beranggapan tetap mempunyai privasi yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat lain,” tulis penelitian tersebut.

Sebagai contoh, saat berbicara tentang kondisi keuangan para pelanggannya, para PSK ini kerap kali mengibaratkannya dengan merek kosmetik. Hal ini, tulis penelitian itu, dimaksudkan agar orang-orang di sekitar mereka menangkap maksud lain dari pembicaraan mereka. Seperti ketika menyebut kondisi finansial pelanggannya yang kecil, mereka menyebut merek V**a, yang memang tergolong murah. Ketika menyebut kondisi finansial pelanggannya yang besar, mereka menyebut merek Re*lo* yang memang mahal.

“Mereka menganalogikan kemampuan finansial si pelanggan yang mempengaruhi upah mereka. Pelanggan yang hanya mampu memberi upah minim mereka sebut V*** ,” jelas penelitian tersebut.

Tak cuma memakai kode untuk menggambarkan kondisi finansial pelanggannya saja, para PSK ini juga kerap memakai kode untuk menggambarkan aktivitas seksual mereka. “Percakapan tersebut menjurus pada aktivitas seksual yang baru saja dilakukan oleh si B dengan pelanggannya. Si A menyebut alat kelamin pelanggan B dengan istilah sosis. B menanggapinya dengan mengatakan bahwa mayonnaise yang diibaratkan sebagai sperma yang dikeluarkan hanya sedikit. B meledek A dengan menyuruhnya mengaduk hal yang dibicarakan agar ‘mayonnaise’ yang dikeluarkan kental,” begitu temuan dalam penelitian ini.

Namun sebentar lagi, kode-kode unik ini akan tinggal kenangan. Pasalnya, pada 18 Oktober 2019 lokalisasi Sunan Kuning ini akan ditutup.
(


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *