Panduan Puasa bagi Bumil dan Busui, Apa yang Harus Diperhatikan?
KESEHATAN

Panduan Puasa bagi Bumil dan Busui, Apa yang Harus Diperhatikan?

Domino206Lounge Ramadan adalah bulan yang di nanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain menjadi momentum untuk “panen” pahala, puasa bisa meningkatkan kualitas kesehatan bagi orang-orang yang menjalaninya.

Di sisi lain, puasa mungkin dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui). Apa yang harus di lakukan agar puasa tetap lancar namun tidak menyebabkan masalah kesehatan bagi ibu dan buah hati?

Berangkat dari itu, Bamed mengadakan virtual media briefing dengan tema “Siap Hadapi Ramadan untuk Keluarga Indonesia” pada Kamis (31/3/2022). Acara daring ini menghadirkan dr. Muhammad Fadli, SpOG (dokter spesialis kebidanan dan kandungan) dan dr. Melisa Lilisari, SpA, MKes (dokter spesialis anak). Simak, yuk!

1. Untuk bumil, pastikan berat badan naik minimal 1,5 kilogram tiap bulan

Panduan Puasa bagi Bumil dan Busui, Apa yang Harus Diperhatikan?ilustrasi bumil membawa timbangan (unsplash.com/Volodymyr Hryshchenko)

Ada beberapa kekhawatiran yang menyelimuti pikiran ibu hamil terkait berpuasa. Mereka takut bayi berukuran lebih kecil atau lahir prematur nantinya. Benarkah demikian?

Untuk menjawabnya, dr. Fadli mengutip sebuah penelitian yang di terbitkan dalam jurnal BMC Pregnancy & Childbirth tahun 2018. Ternyata berat badan lahir tidak terpengaruh oleh puasa yang di lakukan ibu. Selain itu, tidak ada kasus kematian janin atau bayi terlahir prematur pada ibu yang berpuasa di bulan Ramadan.

Akan tetapi, bumil perlu memastikan berat badannya naik minimal 1,5 kilogram (kg) tiap bulan. Secara keseluruhan, kenaikan berat badan selama masa kehamilan adalah 11–16 kg. Kalau kurang dari itu, ada kemungkinan bayi lahir dengan ukuran yang lebih kecil.

2. Fase paling aman untuk berpuasa adalah saat trimester kedua

Di bandingkan dengan trimester lain, trimester kedua adalah yang paling stabil. Bahkan, menurut studi yang di publikasikan dalam jurnal BMC Pregnancy & Childbirth tahun 2019, berpuasa selama trimester kedua kehamilan mampu menurunkan risiko di abetes gestasional.

Sementara itu, trimester pertama identik dengan berbagai ketidaknyamanan seperti mual, muntah, dan mudah lelah. Apalagi, menurut riset yang di terbitkan dalam Iranian Journal of Pediatrics tahun 2010, risiko bayi lahir dengan berat badan rendah bisa 1,5 kali lebih besar pada ibu yang berpuasa di trimester pertama di banding ibu yang tidak berpuasa.

Meski begitu, penelitian yang sama menyatakan bahwa bumil yang sehat dengan nutrisi yang tercukupi, puasa pada trimester pertama (usia kandungan di bawah 14 minggu) tidak berdampak buruk bagi janin.

3. Jika memutuskan berpuasa, pastikan kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi

Panduan Puasa bagi Bumil dan Busui, Apa yang Harus Diperhatikan?ilustrasi minum air (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menurut dr. Fadli, bumil di perbolehkan berpuasa selama ia dan kandungannya di nyatakan sehat oleh dokter. Namun, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan,

  • Minum air 2,5 liter per hari. Kalau kurang, bisa memicu kontraksi.
  • Konsumsi karbohidrat kompleks seperti gandum atau beras merah serta makanan tinggi protein untuk pertumbuhan janin.
  • Hindari kafein (karena memicu dehidrasi) dan makanan yang terlalu manis.
  • Jangan stres dan lebih baik beraktivitas di dalam ruangan saja.
  • Dianjurkan mengonsumsi multivitamin.

Dokter Fadli menyarankan untuk melakukan pemeriksaan antenatal di pertengahan bulan puasa untuk mengetahui kondisi janin. Tujuannya supaya kita tahu apakah berat badan bayi sudah sesuai dengan usia kehamilan. PokerOnline

“Bila memutuskan berpuasa, bumil wajib mengetahui tanda bahaya seperti pendarahan pervaginam, mual, muntah, pandangan kabur, nyeri kepala, buang air kecil yang terlalu sedikit dan berwarna pekat, serta penurunan gerakan janin,” tambahnya.

4. Ketika berpuasa, suplai ASI tidak berkurang sehingga tetap bisa menyusui

Panduan Puasa bagi Bumil dan Busui, Apa yang Harus Diperhatikan?ilustrasi menyusui (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kekhawatiran yang sama juga di rasakan oleh busui. Namun, menurut dr. Melisa, puasa tidak menyebabkan suplai ASI berkurang selama pengosongan payudara tetap terjadi. Selain itu, dehidrasi sedang juga tidak memengaruhi kuantitas ASI.

Bagaimana dari segi kualitas? Makronutrien seperti protein, lemak, dan laktosa tidak terpengaruh. Sementara itu, mikronutrien seperti seng, magnesium, dan kalium bisa berkurang, tetapi akan terisi ulang setelah busui makan saat sahur atau berbuka.

Ada beberapa hal yang perlu di waspadai oleh busui, seperti berat badan yang turun lebih dari 1 kg per minggu, jarang buang air kecil, kencing berwarna kuning pekat dan berbau, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, lemas, mual, hingga muntah.

5. Pertumbuhan bayi tidak terganggu walau ibunya berpuasa

Dokter Melisa mengatakan bahwa pertumbuhan bayi tidak terganggu meski ibunya berpuasa. Mereka tetap bisa tumbuh seperti biasa. Namun, jika umur bayi di bawah 6 bulan (usia ASI eksklusif) dan ibu ingin berpuasa, di sarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu.

Ada beberapa hal yang perlu di waspadai seperti:

  • Kenaikan berat badan bayi tidak sesuai dengan usianya atau justru turun.
  • Bayi tampak lemas atau tidak aktif.
  • Jarang buang air kecil.
  • Bayi tampak tidak puas setelah menyusu.

Untuk menghindari hal tersebut, busui perlu menjaga nutrisi dan hidrasi saat sahur dan berbuka. Selain itu, hindari aktivitas berlebihan, terutama saat cuaca panas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *