BERITA UNIK

Fenomena puncak Gunung Rinjani “Bertopi” Tak Terkait Pertanda Gempa

DOMINO206 Fenomena puncak Gunung Rinjani “Bertopi” Tak Terkait Pertanda Gempa

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram, Agus Rianto mengatakan fenomena puncak Gunung Rinjani tertutup awan yang melingkar seperti “bertopi” tak ada kaitannya dengan pertanda gempa yang terjadi akhir-akhir ini di Nusa Tenggara Barat.

“Itu fenomena alam dari awan Lenticular,” ujarnya di Mataram, Rabu.

Fenomena puncak Gunung Rinjani

Fenomena puncak Gunung Rinjani "Bertopi" Tak Terkait Pertanda Gempa

Ia menegaskan, fenomena alam Lenticular tidak terkait atau tidak berkaitan dengan terjadinya gempa bumi. Adapun masyarakat yang mengaitkan fenomena alam Lenticular dengan akan terjadinya gempa adalah sebuah kesalahpahaman. Agen Capsa

BACA JUGA : Ciri Situs Judi Online Terbaik di Indonesia Domino206 Termauk Situs Judi Online Terbaik

“Tidak ada kaitannya, itu hanya rumor, awan caping itu berbahaya bagi penerbangan, bukan tanda tanda terjadinya gempa,” tegas Agus.

Diketahui, bentuk awan seperti topi/caping/piring raksasa dan awan yang melingkari gunung, disebut Awan Lenticular, adalah awan yang biasanya berbentuk piring raksasa, biasa dapat ditemukan di dekat bukit atau gunung-gunung, karena memang awan ini terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak dinding penghalang besar, seperti pegunungan dan perbukitan, sehingga menimbulkan sebuah pusaran.

Menariknya, awan Lenticular kelihatan begitu padat, namun hakikatnya tidak demikian. Awan ini terlihat padat karena aliran udara lembab terus menerus mengaliri sang awan dan akan keluar lewat permukaan paling bawah. Sehingga bentuk awan Lenticular akan bertahan hingga berjam-jam, bahkan berhari-hari.

Sementara itu, bagi dunia penerbangan awan Lenticular ini sangat mematikan karena sang awan bisa menyebabkan turbulensi bagi pesawat yang nekad memasuki awan atau hanya terbang di dekat awan Lenticular.

Rosyidin warga Sembalun saat dihubungi dari Mataram, mengatakan fenomena Gunung Rinjani “bertopi” ini mulai muncul sekitar pukul 07.00 Wita atau saat Matahari terbit dan berakhir pada pukul 09.30 Wita.

“Munculnya itu pas Matahari terbit,” ujarnya.

Fenomena puncak Gunung Rinjani "Bertopi" Tak Terkait Pertanda Gempa

Rosyidin menjelaskan, fenomena puncak Gunung Rinjani “bertopi” sebetulnya sudah sering kali terjadi. Hanya saja, awan yang melingkar di atas puncak Rinjani itu tidak sebundar dan sebesar seperti yang terjadi pada saat ini. Poker Online

BACA JUGA : Panduan Cara Bermain Adu Q Online

“Masyarakat sudah biasa melihat ada lingkaran awan di atas puncak Rinjani. Tapi memang yang sekarang tidak sebundar dan sebesar yang sekarang,” terang Rosyidin.

Ia mengatakan, meski bukan kejadian pertama kali, banyak warga yang kemudian mengaitkan fenomena awan bertopi di atas puncak Rinjani dengan kejadian gempa yang terjadi akhir-akhir ini di daerah itu, termasuk mengaitkan dengan fenomena Gerhana Bulan yang terlihat pada Rabu dini hari sekitar pukul 04.00 Wita di wilayah itu.

Namun bagi warga sekitar Sembalun, kata Rosidin, fenomena puncak Rinjani bertopi pertanda ada orang yang meninggal. Dalam artian, orang yang meninggal bukan orang sembarangan atau masyarakat kecil melainkan pejabat atau tokoh-tokoh penting.

“Ada yang bilang ini karena gempa, Gerhana Bulan semalam. Tapi buat warga Sembalun ini pertanda orang meninggal. Tapi kalau di kaitkan gempa kami tidak percaya, karena ini kejadian lumrah setiap musim kemarau pasti awan seperti ini terjadi, cuman ini mungkin karena lingkarannya lebih besar,” ungkapnya.

“Jadi banyak yang mengambil foto, berselfie, termasuk merekam untuk dibuat video,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *