BERITA UNIK

Kasihan Kelompok Masyarakat Paling Terisolasi Di Dunia

DOMINO206LOUNGE – Kelompok Masyarakat, Mencari sesuatu yang baru merupakan sifat alami manusia, sejarah telah mencatat bahwa manusia suka menjelajah dunia untuk menemukan temuan baru atau tempat baru untuk ditinggali. Sebagian kelompok bahkan kemudian membentuk sebuah komunitas masyarakat di tempat yang dianggap strategis dan menetap tempat itu. Kelompok masyarakat ini bahkan ada yang berkembang hingga jumlahnya mencapai ribuan bahkan jutaan orang. Hal ini bisa dibilang sebagai cikal-bakal lahirnya sebuah negara atau kerajaan baru yang kita kenal sekarang. DOMINO206

Namun ada pula sebagian kelompok masyarakat yang memilih untuk tinggal di tempat yang terpencil dan jauh dari peradaban. Karena lokasinya yang sangat terpencil ini sebagian besar orang di dunia mungkin bahkan tak pernah tau tentang keberadaan kelompok masyarakat ini. Meski begitu kelompok masyarakat ini masih tetap bisa bertahan hingga saat ini di tengah segala keterbatasan yang ada.

Warga Desa Supai

Karena letaknya yang terisolasi ini, desa supai juga seolah terjebak di masa lalu. Bangunan rumah di desa ini masih terlihat seperti 50 tahun yang lalu. Masyarakat supai juga merupakan satu-satunya kelompok masyarakat yang masih menerima surat dan paket yang diantarkan dengan menggunakan keledai.

Tapi meski begitu keindahan alam yang ada di desa ini membuat masyarakat Havasupai enggan untuk meninggalkan desa supai yang merupakan rumah nenek moyang mereka.

Warga Pulau Palmerston

Pertama kali ditemukan pada tahun 1774 oleh seorang pelaut Inggris, James Cook. Pulau  Palmerston, merupakan sebuah pulau kecil yang terletak 3200 km jauhnya dari Selandia Baru. Saat pertama kali ditemukan pulau yang terisolasi di Samudra Pasifik ini sebenarnya sama sekali tak memiliki penghuni.

Baru pada tahun 1863, seorang tukang kayu bernama Willian Marsters datang ke pulau ini  bersama istri dan kedua orang sepupunya.  Marsters yang datang ke pulau ini atas perintah kerajaan Britania kemudian mulai membangun sebuah pemukiman kecil. Pemukiman ini kemudian berkembang menjadi sebuah desa mini setelah Marsters menikahi dua saudara sepupu istriya dan memiliki sekitar 23 orang anak.

Keluarga besar ini kemudian berubah menjadi sebuah komunitas masyarakat yang saat ini berjumlah 62 orang.  Sahabat anehdidunia.com kehidupan di pulau ini bisa dibilang sangat terisolasi dari dunia,  tak ada toko, bank atau bahkan pasar. Masyarakat pulau ini juga hampir tak pernah menggunakan uang, mereka biasanya hanya saling bertukar kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat Palmerston biasanya hanya mengguakan uang saat membeli kebutuhan pokok yang di bawa kapal barang, itupun hanya beberapa bulan sekali. Pulau ini juga tak memiliki sumber air tawar, jadi warga harus menampung air hujan untuk kebutuhan minum. Listrik bahkan hanya bisa menyala sekitar 6 jam sehari, utungnya saat ini sudah dibangun jarringan telpon agar warga Palmerston dapat menghubungi dunia luar, jika aa situasi yang mendesak.

Meski begitu warga Palmerston tak pernah berfikir untuk meninggalkan pulau kelahiranya. Mereka juga sangat terbukan terhadap pendatang. Hanya saja untuk datang ke pulau ini membutuhkan perjuangan ekstra, karena membutuhkan perjalanan laut hingga 2 hari dari pulau terdekat Raratongga yang memiliki jarang 500 km.

Warga Tristan da Cunha

Kelompok Masyarakat

Tinggal di sebuah pulau yang dikeliligi lautan sejauh mata memandang mungkin terdengar sedikit menyeramkan. Tapi itulah yang di alami oleh wara sebuah pulau bernama  Tristan da Cunha. Terletak di sebelah selatan Samudra Atlantik, Tristan da Cunha merupakan tempat dengan julukan pulau berpenduduk paling terpencil di dunia. Predikat ini di peroleh karena letak pulau ini yang benar-benar berada di tengah lautan, tepat di tengah dua benua tepatnya 2.816 km dari Afrika selatan dan 3.360 km dari Amerika selatan.

Pertama kali di temukan oleh seorang penjelajah Portugis bernama Tristao da Cunha pada tahun 1506. Namun karena lokasinya yang berada di lautan yang berbahaya,  Tristao sebenarnya tak pernah menginjakan kakinya di pulau ini, ia hanya menamai pulau ini dengan namanya lalu pergi. Penelitian an pemetaan pulau ini baru dilakukan 250 tahun kemudian oleh seorang pelaut Prancis bernama L’Heure du Berger. Penelitian inipun hanya sebatas mencacat garis pantai, karena kru L’Heure du Berger tak ada satpun yang mendarat di tristan da cunha.

Karena lokasinya yang strategis, pada tahun 1816 pulau ini diakusisi oleh pemerintah Inggris. Sahabat anehdidunia.com sejak saat itu pulau ini mulai dihuni oleh manusia dan kini memiliki sekitar 275 penduduk. Pulau ini kini juga sudah dilengkapi rumah sakit, bioskap dan swalayan.

Namun meski begitu untuk membeli kebutuhan sehari-hari, warga tristan da cunha harus memesan satu bulan sebelumnya karena semua bahan makanan hanya dikirim sebulan sekali menggunakan kapal. Selain itu pulau ini juga belum memiliki listrik dan harus menggunakan genset sebagai sumber daya. Selain itu pulau ini senarnya merupakan pulau volkanik yang kapan saja bisa meledak. Jadi pulau ini benar-benar hanya untuk mereka yang menyukai keheningan dan hidup yang terisolasi.

Warga Utqiagvik

Kelompok Masyarakat

Tercatat sebagai tempat berpenduduk paling dingin di dunia, Utqiagvik merupakan sebuah pemukiman yang ada di Alaska.

Sedangkan dingin berlansung selama 4 bulan dengan suhu paling tinggi hanya -16 derajat celcius. Selain harus menghadapi musim dingin yang berlansung nyaris setahun penuh, warga Utqiagvik juga berhadapan dengan malam yang berkempanjangan, karena sejak awal November hingga Januari, selama sekitar 65 hari matahari tak akan terbit di Utqiagvik. Kondisi langka ini terjadi karena letak Utqiagvik yang tepat pada sudut kemiringan bumi yang tak terjangkau matahari.

Namun meski hidup di tempat yang tergolong ekstrim, kehidupan warga Utqiagvik yang saat ini diperkirakan berjumlah 4.400 orang (60 persen suku Anubia) tergolong cukup nyaman. Berkat cadangan minyak yang melimpah di Utqiagvik, semua rumah yang ada di Utqiagvik dilengkapi dengan pemanas ruangan. Kota ini dilengkapi dengan fasilitas yang cukup komplit, mulai dari rumah sakit, bioskop, sekolah dan universitas. Utqiagvik bahkan memiliki sistem solar sebagai cadangan sumber energi listrik, jaringan telpon dan internet juga tersedia.

Hanya saja untuk bisa datang ke Utqiagvik, satu-satunya cara adalah dengan menaiki pesawat terbang, itupun dengan harga yang lumayan mahal.

Warga La Rinconada

Kelompok Masyarakat

Terletak di ketinggian 5.000 meter dari atas permukaan laut, La Rinconada merupakan pemukiman manusia paling tinggi di dunia.

Namun meski begitu kota ini dihuni sekitar 15.000 orang, padahal fasilitas yang ada di La Rinconada juga sangat minim. Di La Rinconada tak ada sistem sanitasi yang layak, lokasinya yang terpencil membuat warga La Rinconada biasanya membuang sampah sembarangan. Hal ini membuat La Rinconada terlihat sangat kumuh dan berbau busuk.

Lalu kenapa masih ada orang yang menghuni tempat ini? jawabanya ternyata adalah emas, pegunungan berbatu yang ada di La Rinconada ternyata di penuhi oleh emas. Sahabat anehdidunia.com akibat penemuan ini sejak tahun 2001, orang mulai datag ke La Rinconada dan mulai membangun pemukiman. Namun mirisnya karena tak ada aturan resmi, para penambang di La Rinconada bekerja dengan sistem yang disebut Casorea. Sistem yang mirip “bagi hasil” ini membuat para penambang tak pernah mendapat upah bulanan, namun setelah selesai bekerja mereka boleh membawa hasil tambang sebanyak yang mereka mau. Sayangnya banyaknya hasil tambang ini tak meski memiliki kandungan emas yang banyak. Karena itu meski hidup diatas tumpukan emas para penambang ini umumnya tetap hidup dibawah garis kemiskinan.

Sumber : Poker Online

Baca Juga : Lady Dai Mumi Dengan Kondisi Paling Awet Yang Pernah Ditemukan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *