Salah Satu Pria dalam Video Dewasa ‘Vina Garut’ Positif HIV
BERITA UNIK

Salah Satu Pria dalam Video Dewasa ‘Vina Garut’ Positif HIV

Salah Satu Pria dalam Video Dewasa ‘Vina Garut’ Positif HIV

Dilansir dari  domino206 lounge  pada Rabu (14/8/2019), video dewasa tersebut mempertontonkan hubungan seksual antara seorang wanita dengan tiga orang pria. Salah Satu Pria dalam Video Dewasa ‘Vina Garut’ Positif HIV.

Polisi pun langsung bergerak cepat untuk mengidentifikasi keempat pelaku dan memblokir penyebaran video. domino206

Dan mereka berhasil menangkap dua pelaku. Mereka menangkap Rayya, Vina, dan Willy adalah pelaku di video threesome (1 wanita dan 2 pria).

Sedangkan pelaku di video foursome (1 wanita dan tiga pria), baru Vina dan Rayya yang telah diamankan, sedangkan dua pelaku lainnya masih buron.

Menurut polisi kedua pelaku itu kabur ke Jakarta.

Setelah ditangkap, tim dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut telah mengambil sampel darah pada tiga hari lalu. Hasilnya mengejutkan.

Dilansir dari tribunnews.com pada Rabu (21/8/2019), polisi memastikan tersangka AK alias Rayya positif menderita HIV.

Selain positif HIV, Rayya juga diketahui terkena penyakit stroke.

“Iya betul sudah positif. Untuk dua pelaku lain negatif (Vina dan Willy),” ujar Maradona saat dihubungi pada Selasa (20/8/2019).

Karena hasil tes ini, Rayya belum ditahan.

Salah Satu Pria dalam Video Dewasa ‘Vina Garut’ Positif HIV

“Belum kami tahan karena kondisinya sakit. Tidak mungkin juga melarikan diri.”

“Tapi nanti kami akan melihat kemungkinannya bisa ditahan atau tidak setelah konsultasi dengan dokter,” katanya.

Sebab, tersangka AK masih akan menjalani terapi sehingga tak ditahan. Pihaknya pun terus memantau perkembangan kesehatan dari tersangka A.

Rayya merupakan mantan suami dari tersangka Vina. Hasil pemeriksaan, AK sengaja menjual Vina untuk melakukan adegan ranjang bersama tiga pria.

Berikut cara pencegahan dan penularan HIV.

Hubungan seksual

Menurut data WHO, pada tahun 1983-1995, sebanyak 70-80% penularan HIV dilakukan melalui hubungan heteroseksual, sedangkan 5-10% terjadi melalui hubungan homoseksual.

Kontak seksual melalui vagina dan anal memiliki risiko yang lebih besar untuk menularkan HIV daripada kontak seks secara oral.

Bahkan selain HIV, seseorang bisa menderita penyakit menular lainnya. Seperti sifilis, herpes, hingga kencing nanah.

Perlu diketahui, penularan HIV tertinggi terjadi selama awal dan akhir infeksi HIV.

Sebab saat itu, beban virus sangat tinggi. Apalagi dalam waktu tersebut, beberapa orang tidak mengetahui dirinya terkena virus karena hanya ada sedikit gejala atau bahkan sama sekali tidak ada gejala.

Cara mencegah

Cara termudah tentu tidak berhubungan seksual. Kecuali jika Anda sudah memiliki pasangan yang sah. Atau tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom.

Bukan bermaksud jahat, tapi jika Anda ingin menikah, ada baiknya melakukan medical check up sebelum menikah.

Fungsinya, Anda bisa tahu kesehatan Anda dan pasangan. Ini modal untuk hidup berumah tangga hinggat akhir hayat Anda.

Dari ibu ke anak

Perlu Anda ketahui bahwa wanita lebih rentan terkena virus HIV dan jika si wanita penderita HIV hamil, maka ia bisa menularkannya ke bayinya.

Sebab, kemungkinan ibu hamil penderita HIV yang menularkan virusnya ke bayinya ada sekitar 25%.

Penularan tersebut bisa dikarenakan melalui infeksi in utero, saat proses persalinan, dan melalui pemberian ASI.

Cara lain untuk mencegahnya adalah dengan tidak memberikan ASI kepada bayi Anda. Di beberapa negara, bayi dari penderita HIV akan menerima susu formula.

Penyebab lain

Hingga hari ini, WHO mengatakan bahwa penularan HIV dari transfusi darah bisa dikatakan sudah tidak ada lagi.

Walau begitu masih ada peluang penyebaran virus jika penggunaan jarum atau alat suntik yang terkontaminasi, terutama di negara-negara yang kesulitan dalam mensterilisasikan alat kesehatan.

Tercatat, hanya 3-5% penyebab HIV dari tranfusi darah.

Angka tersebut dikarenakan kita bisa dicegah mendonorkan darah atau menerima darah jika hasil pemeriksaan darah kita tidak baik.

Atau penularan dari pasien ke petugas kesehatan (dokter, pasien, pihak rumah sakit).

Menurut WHO pada tahun 2005, penyebab ini sangat jarang. Hanya kurang dari 0.0001% dari seluruh kasus di dunia.

Angka tersebut dikarenakan sudah ada edukasi kepada dokter, perawat, dan pihak rumah sakit untuk kebersihan seluruh area.

Terakhir, ada beberapa penyebab lain.

Seperti melalui ludah, gigitan nyamuk (ini berlaku di negara yang memang disebut negara paling parah terkena HIV), dan kontak sehari-hari.

Kontak sehari-hari ini sendiri sangat beragam. Seperti berjabat tangan, terekspos batuk dan bersin dari penderita HIV, hingga menggunakan alat yang sama dengan penderita HIV.

Namun CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa aktivitas tersebut tidak mengakibatkan penularan HIV yang besar.

Kita bisa mencegahnya dengan menggunakan masker, mencuci tangan, dan mencuci setiap alat makan.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *