BERITA UNIK

Sultan Qaboos, Pemimpin Oman yang Sukses Sejahterakan Jutaan Rakyatnya dari Kemiskinan

domino206lounge Sultan Qaboos, Pemimpin Oman yang Sukses Sejahterakan Jutaan Rakyatnya dari Kemiskinan. Oman kini tengah berduka lantaran di tinggal oleh pemimpinnya, Qaboos bin Said Al Said yang tutup usia pada umur 79 tahun. 

Tak hanya menyisakan kesedihan bagi rakyatnya, kepergian Qaboos juga membuat Oman mengalami kekosongan pemimpin baru lantaran dirinya tak memiliki penerus takhta.

Semasa hidupnya, Qaboos di nilai sangat berjasa lantaran memberikan kehidupan yang lebih baik pada jutaan rakyatnya. Lewat dirinya pula, Oman bersalin rupa dari negeri kumuh di kawasan Timur Tengah, menjadi modern dan berlimpah harta. Seperti apa kisah Sultan Qaboos?

Sultan Naik ke tampuk kepemimpinan dan mengubah wajah Oman

Sultan Qaboos di ketahui telah merebut kekuasaan dari tangan sang ayah pada 1970 silam. Hal tersebut di lakukan demi mengakhiri pemerintahan ‘tradisional’ yang membuat Oman terisolir dan jauh dari kata modern. Setelah naik ke puncak kekuasaan, kelahiran 18 November 1940 itu langsung mengambil kebijakan yang untuk memajukan negaranya.

Gunakan kekayaan negara untuk sejahterakan rakyatnya

Layaknya negeri di Timur Tengah yang berlimpah minyak, Sultan Qaboos menggunakan kekayaan SDA tersebut untuk sejahterakan rakyatnya. Oman yang dulu di kenal miskin dan tertutup, kini tampil menjadi negara modern dan memiliki pengaruh di antara negara-negara teluk. Qaboos juga berhasil meningkatkan standar hidup rakyat Oman dan memajukan sektor pariwisata.

Tak hanya mensejahterakan rakyat, pemimpin yang telah berkuasa selama empat dekade itu juga menaruh perhatian pada kaum perempuan Oman. Hal ini di lihat dari kebijakannya yang memberikan kesempatan pada mereka di dunia politik. Salah satunya dengan menempatkan perempuan pada posisi sebagai Duta Besar Oman untuk AS.

Jasa lain yang tak kalah pentingnya dari Sultan Qaboos adalah, membantu ‘jalan damai’ dengan menjadi mediator berupa pembicaraan rahasia antara AS dan Iran, setelah hubungan di plomatik kedua negara tersebut hancur pada 1979. Bahkan saat perang Irak-Iran (1980-1988) berkecamuk, negeri kaya minyak itu bersikap netral dan tetap menjaga hubungan dengan pemerintahan Baghdad maupun Teheran.

Sumber : Poker Online

BACA JUGA : Alasan Kenapa Indonesia Butuh Pasukan Komponen Cadangan Dari Rakyat Sipil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *