DOMINO206 4 Striker Liverpool yang Gagal Bersinar pada Era Juergen Klopp Era Juergen Klopp bakal segera selesai pada akhir musim 2023/2024. Keputusan manajer asal Jerman itu untuk mundur dari jabatannya sudah bulat. Ia ingin rehat dari dunia manajerial sebab kehabisan energi setelah berada di Anfield selama hampir 9 tahun.
Juru taktik berusia 56 tahun itu telah mengembalikan pamor The Reds sebagai tim elite dengan mempersembahkan semua gelar bergengsi. Itu termasuk menjadi juara Liga Champions Eropa dan English Premier League.
Kesuksesan Liverpool tentunya tidak terlepas dari kontribusi para pemain. Banyak nama yang datang untuk ikut membangun tim. Namun, tak sedikit pula yang gagal.https://geo.dailymotion.com/player/xdgu3.html?video=x8556v3&actionInfo=false&mute=true&dmPubtool=new-cdn-ce-v2
Striker menjadi salah satu posisi penting dalam sebuah tim. Liverpool era Juergen Klopp lebih mengandalkan permainan kolektif antarpemain. Hal ini membuat sejumlah striker mengalami kegagalan saat berseragam The Reds. Berikut striker Liverpool yang gagal bersinar pada era Juergen Klopp.
1. Christian Benteke hanya bertahan semusim di Liverpool
(twitter.com/LFC)
datang ke Liverpool pada musim panas 2015. Ia dibeli dari Aston Villa dengan biaya 32,5 juta pound sterling atau Rp647 miliar. Nilai tersebut membuatnya menjadi pembelian termahal kedua tim saat itu. Ia sendiri direkrut saat masa kepelatihan Brendan Rodgers.
Pemecatan Brendan Rodgers pada Oktober 2015 yang digantikan dengan Juergen Klopp menjadi petaka bagi Benteke. Tipikal permainan yang berbeda jauh membuatnya tidak cocok dengan taktik yang diterapkan Klopp. Roberto Firmino yang datang bersamaan pada satu jendela transfer lebih diandalkan. Benteke kerap bermain dari bangku cadangan ketimbang starter.
Benteke hanya bertahan selama semusim di Liverpool. Selama 2015/2016, ia memainkan total 42 laga di semua ajang dengan koleksi 10 gol dan 6 assist. Pada musim panas 2016, ia dilego kepada Crystal Palace dan terjual senilai 27 juta pound sterling atau Rp538 miliar.
2. Cedera membuat Danny Ings gagal bersaing
Danny Ings (twitter.com/LFC)
Pada musim panas 2015, Liverpool tak hanya mendatangkan Christian Benteke dan Roberto Firmino untuk mengisi posisi striker. Danny Ings yang tampil brilian bersama Burnley juga d ibeli. Selama 3 musim berseragam The Clarets, ia mengemas 43 gol dan 14 assist dari 130 laga.
Awal kariernya di Liverpool terbilang meyakinkan saat masih di latih Brendan Rodgers. Ings bermain dalam 8 laga dengan catatan 3 gol. Namun, ia mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL) di lutut kirinya saat sesi latihan perdana bersama Juergen Klopp pada Oktober 2015. Pemain asal Inggris ini menepi selama 7 bulan untuk menjalani pemulihan. Lanjutkan membaca artikel di bawah
Pada 2016/2017, Ings mendapatkan cedera lutut yang mengharuskannya operasi. Ia absen selama 11 bulan pada Oktober 2016–Agustus 2017. Setelah sembuh, kesempatannya tertutup dengan moncernya trio Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane. Ia kesulitan bersaing dan memutuskan pergi ke Southampton pada musim panas 2018. Selama 3 musim di Liverpool, Ings pun hanya memainkan 25 laga dengan mengemas 4 gol dan 1 assist.
3. Dominic Solanke kesulitan menjadi pilihan utama di lini serangan Liverpool
(twitter.com/LFC)
datang ke Liverpool sebagai salah satu talenta muda potensial. Ia direkrut secara bebas transfer usai kontraknya habis bersama Chelsea pada musim panas 2017. Kiprahnya mencuri perhatian menjuarai Piala Dunia U-20 pada 2017 bersama Inggris.
Sayangnya, keputusannya untuk bergabung bersama Liverpool tidak tepat. Solanke datang saat lini depan di isi Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane. Pada 2017/2018, ketiga pemain tersebut tidak tergantikan di lini serangan The Reds.
Solanke hanya bisa menjadi pelapis dari para pemain tersebut. Dengan usianya yang muda, keinginannya untuk berkontribusi terhalang ketatnya persaingan. Ia hanya bertahan di Anfield selama 18 bulan dan memutuskan hengkang ke Bournemouth pada Januari 2018. Selama waktu singkatnya tersebut, ia bermain sebanyak 27 kali dengan kontribusi 1 gol dan 1 assist untuk Liverpool.
4. Rhian Brewster tidak berhasil menunjukkan talentanya secara maksimal sebagai pemain muda
(liverpoolfc.com)
menjadi salah satu striker yang gagal bersinar bersama Liverpool era Juergen Klopp. Potensinya sebagai pemain muda tak bisa di keluarkan secara maksimal. Belajar di akademi Liverpool tak membuatnya mendapatkan kesempatan bermain dengan mudah.
Juergen Klopp pertama kali memanggilnya ke tim utama untuk persiapan pramusim 2016/2017. Sayangnya, ia hanya menjadi penghangat bangku cadangan meski kiprahnya apik di akademi. Debutnya baru terjadi saat melawan MK Dons pada 25 September 2019. Laga tersebut merupakan duel putaran ketiga Piala Liga Inggris 2019/2020.
Brewster tercatat hanya memainkan empat laga kompetitif bersama Liverpool. Kesulitan bersaing dan tidak memaksimalkan talenta menjadi alasan di rinya pergi. Ia sempat di pinjamkan kepada Swansea City untuk bisa mendapatkan menit bermain reguler pada paruh kedua 2019/2020. Namun, sekembalinya dari peminjaman, ia di jual kepada Sheffield United pada musim panas 2020.
Ketidakcocokan gaya bermain menjadi alasan utama gagalnya para striker di atas. Taktik yang tidak bertumpu pada striker untuk mencetak gol membuat mereka kesulitan menunjukkan kualitas terbaiknya. Meski demikian, kehadiran mereka membantu Liverpool menemukan racikan skuad yang mengantarkan kembali kepada kesuksesan. Mereka tetap menjadi bagian penting perkembangan tim era Juergen Klopp hingga bisa menjuarai berbagai kompetisi.