KESEHATAN TIPS & TRICK

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak

DOMINO206LOUNGE – 8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak. Siapa pun tidak ingin mengembangkan kanker. Kamu bisa menurunkan risiko terkena jenis kanker yang umum dengan membuat pilihan gaya hidup sehat. Selain itu, rutin skrining juga dapat menemukan kanker pada tahap dini, saat pengobatan bekerja paling baik. Bahkan, vaksin dapat membantu mencegah beberapa jenis kanker.

Nah, ada beberapa hal yang kerap di anggap dapat mencegah kanker, tetapi ternyata tidak. Apa saja? Simak ulasannya berikut ini.

Berikut Ini 8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak

1. Mengonsumsi suplemen vitamin D

Karena pasien kanker cenderung memiliki kadar vitamin D yang rendah, para peneliti bertanya-tanya apakah mengonsumsi vitamin D dalam bentuk suplemen dapat melindungi seseorang dari kanker. Akan tetapi, temuan beberapa penelitian tidak mendukung anggapan tersebut.

Sebuah penelitian dalam jurnal JAMA tahun 2017 terhadap 2.300 perempuan pascamenopause yang sehat menunjukkan bahwa setelah 4 tahun, mereka yang mengonsumsi suplemen vitamin D3 dan kalsium tidak menurunkan risiko kanker.

Hal tersebut juga di konfirmasi oleh sebuah studi yang lebih besar dalam New England Journal of Medicine tahun 2019. Para peneliti di Brigham and Women’s Hospital dan Harvard mengikuti lebih dari 25.000 orang dewasa sehat selama sekitar 5 tahun, dan menemukan bahwa vitamin D tidak lebih baik daripada plasebo dalam melindungi terhadap kanker atau kematian terkait kanker.

Ada beberapa bukti bahwa vitamin D dapat melindungi orang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang sehat, tetapi tidak untuk orang yang kelebihan berat badan, tetapi itu sebelum para peneliti memperhitungkan faktor lain seperti usia dan jenis kelamin. 

2. Mengonsumsi vitamin E

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi konsumsi suplemen kolagen (pennmedicine.org)

Vitamin E adalah salah satu antioksidan. Nah, beberapa peneliti menduga bahwa itu mungkin memberi perlindungan terhadap kanker.

Selama 10 tahun, sebanyak 14.600 dokter pria mengonsumsi vitamin E, C, atau plasebo dan terus memantau status kesehatan mereka selama 4 tahun berikutnya. Temuan yang di terbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition para September 2014 ini adalah tidak ada vitamin yang memberikan bukti perlindungan terhadap kanker prostat atau jenis lainnya.

iitu di ulangi dalam uji coba selanjutnya terhadap lebih dari 35.000 pria, yang menemukan bahwa vitamin E tidak lebih baik daripada plasebo dalam melindungi dari tumor. Temuan ini di publikasikan dalam jurnal Cancer Prevention Research tahun 2017. JOIN SINI

3. Mengonsumsi suplemen minyak ikan

Peneliti dari Harvard dan Brigham and Women’s Hospital menguji coba 25.000 orang dan mengukur apakah asam lemak omega-3 menawarkan perlindungan terhadap kanker invasif.

Setelah 5 tahun, para peneliti tidak menemukan perbedaan signifikan dalam tingkat kanker atau kematian akibat kanker antara mereka yang mengonsumsi minyak ikan dan yang tidak. Hasil ini yang di terbitkan dalam New England Journal of Medicine tahun 2019 adalah 

Dalam studi mitra untuk uji coba 25.000 orang, para peneliti Universitas Harvard dan Brigham dan Rumah Sakit Wanita juga mengukur apakah asam lemak omega-3 menawarkan perlindungan terhadap kanker invasif. Setelah lima tahun, mereka tidak menemukan 

4. Minum red wine

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi red wine (unsplash.com/Helena Lopes)

Walaupun memang memiliki beberapa manfaat kesehatan, tetapi jangan mengonsumsi red wine atau anggur merah dengan alasan kesehatan.

Meskipun resveratrol, yaitu antioksidan yang di temukan dalam anggur merah—telah menjanjikan perlindungan terhadap kanker, tetapi ahli mengatakan bahwa ini bukanlah “lampu hijau” untuk terus meminumnya.

Di lansir The Healthy, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peminum wine tidak terlindungi dari kanker prostat, kanker ovarium, atau kanker kolorektal. Dan, menurut studi dalam jurnal BMJ tahun 2015, secara umum, konsumsi alkohol dalam jumlah ringan hingga sedang dapat sedikit meningkatkan risiko kanker.

5. Berhenti minum kopi

Ketika biji kopi dipanggang dan dis eduh, bahan kimia karsinogenik yang di sebut akrilamida terbentuk. Akan tetapi, menurut Food and Drug Administration (FDA), tingkat akrilamida tersebut terlalu rendah untuk menimbulkan ancaman.

Sebuah analisis tahun 2016 terhadap 31 studi menemukan bahwa makin banyak orang minum kopi, makin rendah risiko kematian akibat kanker, selama mereka tidak merokok.

6. Mendapatkan semua skrining kanker

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Menemui dokter untuk tes jenis kanker tertentu tidak akan mencegah penyakit muncul sejak awal dan kamu mungkin menganggap bahwa rutin skrining untuk berbagai jenis kanker dapat mendeteksi kanker, jika ada, pada tahap awal dan meningkatkan prognosis. Belum tentu.

Sementara beberapa skrining kanker (kanker payudara pada perempuan usia 50 tahun ke atas, kanker serviks pada perempuan berusia di bawah 65 tahun, kanker kolorektal pada orang dewasa berusia 50 hingga 75 tahun, dan kanker paru-paru pada perokok berusia antara 55 dan 80 tahun) membantu dokter menemukan dan mengobati penyakit lebih awal, hal yang sama belum tentu berlaku untuk jenis kanker lainnya.

Kecuali kalau kamu memiliki faktor risiko atau gejala, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan untuk tidak melakukan skrining kanker ovarium, prostat, tiroid, testis, atau pankreas karena belum terbukti meningkatkan angka kematian.  Poker Online

7. Mengonsumsi makanan organik

Studi dalam jurnal JAMA Internal Medicine pada Desember 2018 mengaitkan makanan organik dengan penurunan tingkat kanker. Sekitar 69.000 orang dewasa Prancis melaporkan seberapa sering mereka makan makanan organik, dan peneliti melacak berapa banyak peserta yang terkena kanker. Setelah 7 tahun masa tindak lanjut, hasilnya menunjukkan bahwa makin banyak orang makan makanan organik, makin rendah risiko kankernya.

Terdengar cukup menjanjikan, ya? Namun, hasil tersebut tidak berlaku untuk semua orang, terutama risiko kanker untuk pemakan makanan organik tidak berubah di antara pria, dewasa muda, atau orang dengan diet berkualitas tinggi secara keseluruhan.

Studi lain yang lebih besar dalam British Journal of Cancer pada Maret 2014 tidak menemukan hubungan antara seberapa sering 623.000 perempuan Inggris makan makanan organik dan risiko kanker.

Selain itu, terhadap lebih dari 6.000 penelitian analisis dalam jurnal Scientific Reports pada Februari 2018 tidak menemukan risiko kesehatan yang terkait dengan jagung transgenik.

8. Diet alkaline

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi TidakIlustrasi kentang (pexels.com/Nova Indah)

Darah secara alami condong ke sisi basa (kebalikan dari asam) skala pH. Bukti lampau dalam The Journal of General Physiology menunjukkan bahwa sel kanker di temukan di lingkungan asam. Kedua faktor tersebut membuat klaim bahwa diet alkaline dan menghindari makanan asam tinggi seperti gula, produk susu, buah-buahan, dan gandum dapat menghentikan tumor.

Untuk satu hal, sel kanker tampaknya menciptakan lingkungan asam daripada sebaliknya, kata ahli onkologi integratif Mitchell L. Gaynor, MD, kepada majalah Cure. Namun, yang lebih mungkin adalah apa yang kamu makan tidak akan memengaruhi tingkat pH darah, yang mana tubuh bekerja dengan baik untuk menjaganya tetap stabil. Sebaliknya, diet tinggi alkaline mungkin akan mengubah keasaman air liur dan urine, yang sebenarnya tidak berhubungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *